Ø Otot jaringan tubuh yang dengan jalan kontraksi dan relaksasi akan menimbulkan gerak
Ø Berdasarkan struktur histologinya otot tubuh dibedakan atas otot polos, otot rangka dan otot jantung
Ø Dari segi fungsi/ fisiologinya :
o Otot valunter bekerjanya atas kemauan kita
o Otot involunter bekerjanya diluar kesadaran kita yaitu di bawah system saraf autonom
1. Otot polos
ü Bentuk, gelondong panjang dan langsing
ü Inti ditengah untuk setiap sel
ü Sitoplasmanya terdiri dari sarkoflasma dengan myofibril sebagai elemen kontraksi
ü Panjang (15-500) yang terpendek pada dinding pembuluh darah; terpanjang pada dinding rahim ibu hamil500, umum 200, tebal 5-7
ü Terdapat pada: saluran pencernaan, pembulu darah, saluran pernapasan, saluran genetal, saluran air seni
ü Musculus arectorus pilarum, otot polos pada laisan dermis kulit yang menghubungkan lapisan epidermis kulit dengan akar rambut berperan menegakkan rambut
ü Kerja otot polos
o Propulasi yaitu mendorong atau menggerakkan
o Ekspulasi yaitu gerakan mengeluarkan
o Regulasi dimensi lubang, mengatur besar kecilnya lubang
o Regulasi diameter saluran atau pembulu
2. Otot rangka
ü Dibangun serabut-serabut otot (tidak berupa satu sel)
ü Mempunyai banyak inti terletak di tepi
ü Myofibril-miofibril dalam sakroplasma tidak homogen, terdapat 2 tipe filamin:
o Yang halus dibangun oleh aktin
o Yang kasar dibangun oleh myosin
ü Kombinasi keduanya menyebabkan:
o Bagian gelap pada serabut: keping A (anisotop)
o Bagian terang pada serabut: keping I (isotop)
o Ditengah keping A, ada bagian terang tipis (keping A)
o Ditengah keping I ada bagian terang tipis (keping Z)
o Bagian myofibril diantara dua keping Z disebut 1 unit atau sarkomer
ü Setiap serabut dilapisi satu membrane yang disebut sarkolema yang dilurnya di bungkus jaringan ikat endomisium
ü Beberapa serabut berkelompok membentuk fasikolum yang dibungkus jaringan ikat perimisium
ü Beberapa fasikulum bergabung menjadi satu dan keseluruhan bagian luar gabungan terbungkus jaringan ikat epimisium
ü Gabungan-gabungan dari endomesium dari serabut-serabut otot akan membentuk pita yang disebut fasiapropia
ü Gabungan dari seluruh jaringan ikat (endomesium, perimisium, epimisium) akan membentuk berkas yang disebut fasia superfisialis atau tendon atau urat tendon, inilah yang berpegang pad tulang. Ujung tendong pada tulang yang diam disebut origo dan pada tulang yang bergerak disebut insersio
3. Otot jantung
ü Terdiri dari serabut-serabut otot
ü Serabut-serabut otot jantung bercabang membentuk anastomisis
ü Terdapat keping A dan keping I serta keping Interkalar (batas antar sel serabut satu dengan yang lain
ü Inti sel terletak ditengah
ü System pengantar impuls yaitu serabut-serabut purkinye
ü Myofibril sedikit dan tersusun pada daerah tepi
ü Bekerja di bawah system saraf otonom
ü Kontraksinya bekerja secara otomatis dan ritmis
Sifat-sifat otot
1. kontraktilitas, kemampuan memendek mencapai 1/6 panjang semula. Otot rangka mencapai 1/10 panjang semula
2. ekstensibilitas, kemampuan untuk memanjang
3. elastisitas, kemampuan kembali kepada bentu ksemula, sesudah kontraksi atau memanjang
4. iritabilitas, kemampuan otot untuk mengadakan respon bila dirangsang
Hukum semua atau sama sekali tidak (all or nonelaw)
ü bila otot jantung dirangsang seluruh ototnya akan berkontraksi secara maksimal. DKL setiap kontraksi ada maksimalnya hukum ini berlaku untuk satu serabut otot.
ü Bila serabut otot dirangsang, serabut itu akan kontraksi secara maksimal atau tidak berkontraksi sama sekali
ü Otot terdiri dari banyak serabut otot dan secara keseluruhan tidak mengikuti huum ini
ü Rangsangan minim hanya menimbulkan kontraksi beberapa serabut otot sehingga hasilnya bagi keseluruhan ialah kontraksi yang lemah. Tetapi bila intensitas rangsang diperbesar jumlah serabut otot yang turut kontraksi makin banyak sehingga kontraksi otot makin bertambah kuat
Singkatnya “hukum all or none” itu berarti bahwa untuk serabut otot tertentu, tingkatan responnya tidak tergantung kepada kuat rangsang (intensitas rangsang)
Fatique
J Bila otot dirangsang terus menerus dengan intensitas rangsang yang sama besar dengan frekuensi 1 rangsang perdetik. Maka suatu saat otot kehilangan kemampuan untuk berkontraksi gejala ini disebut fatique yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh iritabilitas yang menurun dan kontralitilitas yang menurun.
J Otot dalam keadaan fatique bila dialiri garam fisiologis keadaan fatique akan berkurang disebabkan karena dibebaskannya substansi-substansi CO2, asam laktat, asam viruvat dan asam pospat.
J Dapat disimpulkan bahwa keadaan fatique dapat disebabkan
a) Akumulasi zat ampas
b) Kekurangan substansi
c) Aktivitas yang berlebihan
d) Gangguan system peredaran darah
e) Malnutrisi
f) Gangguan system pernapasan
Macam kontraksi otot
J Kontraksi isotonis; kontraksi otot mengalami pemendekan. Digunakan untuk mengetahui kerja otot.
Rumus KO = B x S (hubungan antara kerja otot dengan berat badan)
KO = kerja otot
B = berat badan
S = jarak pemindahan beban
J Kontraksi isometric; kontraksi dimana otot tidak mengalami pemendekan. Digunakan untuk mengetahui panas yang timbul didalam otot
Hokum starling
Kuat kontraksi otot berbanding lururs dengan panjang mula-mula otot tersebut.
Perubahan-perubahan yang terjadi selama kontraksi otot rangka
1. Perubahan bentuk misalnya pendek
2. Perubahan kimia
J Relaksasi substrat: air 75%, protein 20%, glikogen 1%, fosfokretin 0,3%, asam laktat 0,5%, heksosefosfat 0,05%
J Setelah kontraksi
o Fosfat anorganik dan asam laktat meningkat
o Glikogen, fosfat organic menurun
o O2 banyak digunakan
o CO2 dan H2O banyak dihasilkan
Energi yang digunakan dalam kontraksi
Untuk kontraksi perlu aktin, myosin, ATP, ion Ca, dengan mengalirnya aksi potensial pada serat otot menyebabkan bergabungnya aktin dan myosin myofibril membentuk actimiosin. Actimiosin semacam ATP-ase menyebabkan terlepasnya ikatan –P ketiga (terujung) dari ATP. Untuk kendur aktin dan myosin berpisah, ATP disintesa lagi dari ADP oleh mitokondria.
Ada 3 jenis reaksi kimia pembentukan ATP untuk kontraksi otot.
1. ATP hasil respirasi sel
ATPADP+ asam fosfat (-P)
Energi yang dilepas segera digunakan untuk kontraksi
2. Fosfokreatinkeratin + asam fosfat
Energi yang dilepas digunakan untuk sintesa ATP
3. Glikogen asam laktat+ (-P)
Energi yang dilepas untuk sintesa kembali fosfokreatin dan asam fosfat.
Perubahan panas
Dari seluruh energi yang digunakan hanya 20% digunakan untuk melakukan kerja selebihnya hilang dalam bentuk panas. Tapi panas yang timbul dapat digunakan untuk mempertahankan temperature tubuh pada hawa dingin produksi panas dapat ditingkatkan dengan pergerakan otot.
Perubahan Listrik
Bila otot kontraksi terjadi perubahan listrik, otot berlaku sebagai beterei, akan menimbulkan suatu arus aksi. Arus aksi yang timbul dari jantung dapat dideteksi dengan alat yang disebut elektrokardiograf.
Paralist ialah : kerusakan pada system saraf pusat dan saraf motoris menyebabkan perjalanan impuls dari cerebrum dengan korteks ke otot terganggu, maka otot tak dapat merespons terhadap kehendak kita.
Hipertropi dan Atropi
Hiperplasia : membesarnya otot karena jumlah serabut otot bertambah, bukan karena membesarnya serabut.
Tranmisi Saraf Otot
Hasil penelitian Dale dkk timbul suatu konsepsi yang menyatakan “mekanisme tranmisi antara saraf dan otot merupakan proses kimia”. Dale menunjukkan bahwa :
- Zat kimia yang dapat menghantar impuls antara saraf dan otot ialah Asetikolin
- Asetikolin dilepas dari akhir saraf motorik bila ada impuls saraf tiba di akhir saraf motorik tersebut.
- Zat tersebut berdifusi ke dalam ruangan yang terdapat antar saraf motorik dengan otot dan selanjutnya mencetuskan potensial aksi yang kemudian merambat sepanjang serabut otot. Otot berkontraksi
- Asetikolin dlam otot bersifat labil dan mudah terurai
- Pengamatan dengan mikroskop electron :
· Tidak ada hubungan sel antara akhir saraf dengan membrane otot, tetapi terdapat ruangan pemisah kurang lebih 500
· Di akhir saraf terdapat kantong-kantong kecil bulat, berisi asetikolin, juga terdapat mitokondria (tempat pembuatan mitokondria)
Uruitan Kejadian Pada Sambungan Saraf – Otot
- Impuls tiba di akhir atau ujung saraf, asetikolin dibebaskan (dilepas)
- Asetikolin berdifusi melintasi ruangan pemisah menuju ke lempeng akhir motorik
- Di lempeng akhir motorik, asetikolin berkombinasi dengan suatu reseptor membentuk kompleks asetikolin resptor
- Kompleks asetikolin resptor dapat menyebabkan permeability membrane otot sehingga menimbulkan tanggapan setempat yang disebut potensial lempeng akhir motorik
- Bila potensial lempeng akhir motorik mencapai nilai tertentu terjadi aksi potensial yang akan merambat sepanjang serabut otot.
- Otot berkontraksi
Penghancuran (Pelumpuhan) Asetikolin
- Setelah asetikolin menunjukkan pengaruhnya harus dilumpuhkan (dibuat tidak aktif) dengan enzim kolinesterase. Asetikolin kolinesterase kolin + asasetat
- Dengan demikian lempeng akhir motorik dapat peka lagi terhadap asetikolin yang dilepas berikutnya dan kontraksi otot dapat jadi sebagai tanggapan terhadap rangsangan yang berulang-ulang
- Kolin yang bebas dapat digunakan dalam pembentukan asetikolin
Baca juga Artikel Menarik lainnya :
Label: Biologi